Kota Gaib Saranjana di Kalimantan Bikin Heboh, Begini Ulasan Dosen Sejarah ULM

Media sosial kembali heboh dengan penampakan Kota Saranjana di Pulau Kalimantan

Cipung
Senin, 30 Januari 2023 | 16:11 WIB
Kota Gaib Saranjana di Kalimantan Bikin Heboh, Begini Ulasan Dosen Sejarah ULM
Ilustrasi kota

Media sosial kembali heboh dengan penampakan Kota Saranjana di Pulau Kalimantan. Bermula, ketika seorang wisatawan berfoto di Bukit Mamake pada malam hari. Dengan latar gemerlap lampu ala kota metropolitan pada akhir Desember 2022.

Mansyur Ketua Lembaga Kajian Sejarah, Sosial dan Budaya (SKS2B) Kalimantan dan Dosen Prodi Pendidikan Sejarah FKIP Universitas Lambung Mangkurat (ULM) Banjarmasin mengatakan, Saranjana sudah melegenda bagi masyarakat Borneo/Kalimantan. 

Rumor soal kota misterius ini menjadi semakin heboh lantaran keberadaannya dianggap tidak tercatat dalam peta Indonesia. 

Saranjana merupakan kota gaib yang tidak bisa dilihat oleh orang awam, kecuali dengan mata batin.

Baca Juga:Wacana Reshuffle Rabu Pon Mencuat, Kinerja Menteri Nasdem Kembali Disorot

Masyarakat di Kotabaru (Pulau Laut) tentunya sudah pernah mendengar kisah mistis dan gaib ini, yang memang turun-temurun dari mulut ke mulut. Mengenai lokasinya, beragam versi.

Versi pertama hanya menuliskan bahwa konon letaknya di Kotabaru, Kalimantan Selatan. Pada versi kedua memaparkan bahwa Saranjana terletak di Teluk Tamiang, Pulau Laut. 
Versi ketiga lebih tegas menyebutkan bahwa lokasi wilayah Saranjana ada di sebuah bukit kecil yang terletak di Desa Oka-Oka, Kecamatan Pulau Laut Kelautan, Kalimantan Selatan.

Bukit yang berbatasan langsung dengan laut ini indah dan cocok dijadikan destinasi wisata. Namun, tempat ini dianggap angker oleh penduduk sekitar.

"Bagaimana dalam perspektif historis? Keberadaan Saranjana adalah fakta," kata Mansyur dalam tulisannya di sejumlah media. 

Mansyur menyebut Salomon Muller, naturalis berkebangsaan Jerman yang dilahirkan di Heidelberg, dalam petanya berjudul “Kaart van de Kust-en Binnenlanden van Banjermasing behoorende tot de Reize in het zuidelijke gedelte van Borneo” (peta wilayah pesisir dan pedalaman Borneo), tahun 1845 mengambarkan bahwa terdapat wilayah yang ditulisnya sebagai Tandjong (hoek) Serandjana. 

Baca Juga:Profil Fernando Forestieri, Pemain JDT yang Pukul Pemain Levski Sofia Saat Laga Uji Coba

Tandjong ini terletak di sebelah selatan Pulau Laut. Tepatnya berbatasan dengan wilayah Poeloe Kroempoetan (Pulau Kerumputan) dan Poeloe Kidjang.

Dalam kapasitasnya sebagai pembuat peta, Salomon Muller menjabat anggota des Genootschaps en Natuurkundige Komissie in Nederlands Indie yang sudah mendapatkan pelatihan dari Museum Leiden dan sedang melakukan perjalanan penelitian tentang dunia binatang dan tumbuhan di kepulauan Indonesia. 

Belum bisa dipastikan apakah Salomon Muller pernah berkunjung ke Tandjong (hoek) Serandjana sebelum memetakannya.

Salomon Muller pun tidak pernah menyinggungnya dalam beberapa artikelnya yang diterbitkan Verhandelingen van het Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen. 
Peta yang memuat Tandjong (hoek) Serandjana tersebut dimuat dalam Reizen en onderzoekingen in den Indischen Archipel, seri pertama yang diterbitkan Staatsbibliothek zu Berlin. Peta ini dibuat 18 tahun sebelum Salomon Müller meninggal dunia pada tahun 1863.

Sumber lainnya yang memuat tentang Serandjana adalah Pieter Johannes Veth, dalam “Aardrijkskundig en statistisch woordenboek van Nederlandsch Indie: bewerkt naar de jongste en beste berigten”, halaman 252. Kamus ini diterbitkan di Amsterdam oleh P.N. van Kampen, tahun 1869.

Veth menuliskan “Sarandjana, kaap aan de Zuid-Oostzijde van Poeloe Laut, welk eiland aan Borneo’s Zuid-Oost punt is gelegen” (Sarandjana, tanjung di sisi selatan Poeloe Laut, yang merupakan pulau yang terletak di bagian tenggara Kalimantan). 

"Secara terminologi, kalau dikomparasikan dengan kosakata India, Saranjana berarti tanah yang diberikan," kata Mansyur.

REKOMENDASI

BERITA TERKAIT

Unik

Terkini

Tampilkan lebih banyak